JAKARTA – Lembaga survei Poltracking Indonesia memaparkan hasil survei elektabilitas partai politik (parpol) di Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Survei tersebut menunjukkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP mendapat angka tertinggi sebesar 15 persen, disusul Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 14,1 persen dan Partai Gerindra 9,8 persen. slot gacor terbaru 2022
Adapun survei diselenggarakan pada periode 16-22 Mei 2022 dengan menggunakan metode multistage random sampling.
Margin of error dalam survei ini adalah kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Adapun dalam survei ini ada 1.000 responden yang diwawancarai di Jawa Timur secara tatap muka.
Itu diungkapkan Direktur Riset Poltracking Indonesia Arya Budi dalam Rilis Survei Provinsi Jawa Timur Poltracking Indonesia bertajuk Peta Elektoral Pilkada dan Pilpres 2024 di Jawa Timur secara virtual, Rabu (22/6/2022).
“Tidak mengagetkan PDIP dan PKB cukup kuat. Jika kita cek PDIP di Mei, 15 persen disusul PKB 14,1 persen,” kata Arya Budi.
Selanjutnya elektabilitas Partai Golkar tercatat 9,0 persen, diikuti Partai NasDem 8,6 persen Partai Demokrat 7,6 persen, Partai Amanat Nasional atau PAN 4,5 persen, kemudian Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4,0 persen dan PKS 2,0 persen.
Sedangkan enam partai lainnya berada di bawah dua persen, seperti Partai Perindo 1,4 persen, Partai Solidaritas Indonesia atau PSI dan Partai Beringin Karya (Berkarya) 1,0 persen, Partai Hanura 0,8 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Garuda 0,2 persen serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) sebesar 0,1 persen.
Sementara itu sebanyak 4,8 persen responden tidak mau menjawab atau merahasiakan jawaban serta 15,9 persen lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
Kendati demikian, Arya mengatakan angka elektabilitas ini adalah potret potensi suara partai (party votes) yang berpotensi berubah dan cenderung naik karena kontribusi suara terhadap calon anggota legislatif atau Caleg (personal votes) dari masing-masing partai.
Faktor Caleg tersebut, sambung Arya, yang menjadi alasan ketika sejak pemilu 2009 beberapa partai politik mendapatkan tambahan suara ketika hari pemungutan suara dibandingkam dengan survei.
“Karena ada variabel calon anggota legislatif,” tuturnya.